Sensasi Baru Bersalin dalam Air
DOKTER
Harun, saya pembaca Majalah Gemari yang setia. Nama saya Ibu T, umur
saya 23 tahun, sedang hamil 3 bulan yang merupakan kehamilan saya yang
pertama. Akhir-akhir ini pada beberapa majalah keluarga dan pada
beberapa WEB di Internet, saya membaca tentang persalinan dalam air.
Mohon informasi dari dokter, apakah hal ini memang benar sangat menolong
persalinan yang akan sayajalani karena informasi tersebut sangat
menarik, namun rasanya terdapat beberapa hal yang belum saya pahami.
DOKTER Harun, saya pembaca Majalah Gemari yang setia. Nama saya Ibu
T, umur saya 23 tahun, sedang hamil 3 bulan yang merupakan kehamilan
saya yang pertama. Akhir-akhir ini pada beberapa majalah keluarga dan
pada beberapa WEB di Internet, saya membaca tentang persalinan dalam
air. Mohon informasi dari dokter, apakah hal ini memang benar sangat
menolong persalinan yang akan sayajalani karena informasi tersebut
sangat menarik, namun rasanya terdapat beberapa hal yang belum saya
pahami.
Ibu T, yang saya hormati, persalinan dalam air sudah dikenal tahun
1800-an dengan melahirkan bayi di air hangat. Metoda ini kemudian
dikembangkan di Uni Sovyet (sebelum pecah menjadi Rusia) oleh Igor
Tjarkovsky, seorang pelatih renang dan peneliti olahraga dengan
melahirkan beberapa persalinan di tank/kolam kecil yang berisi air
hangat. Tahun 1997, seorang dokter di Perancis memperkenalkannya, dan
tahun!980-1990 mulai meluas di Inggris dan Amerika. Di Indonesia, sejak
tahun 1978, para dokter telah membaca dan mengetahuinya namun belum ada
klinik bersalin/rumah bersalin/rumah sakit yang mempraktekkannya, dan
baru tahun 2004 ada klinik bersalin di Bali yang menawarkan
persalinannya dalam air, kemudian tahun 2006 ada klinik persalinan Sam
Marie di Jakarta yang memfasilitasi persalinan dalam air.
Dasar pemikirannya adalah bayi sejak dalam perut ibu telah berenang
dalam air ketuban ibu yang steril, dan baru bernafas setelah ada
rangsangan berupa kekurangan oksigen dari tali pusat. Kekurangan oksigen
dari tali pusat akan memacu paru-paru untuk bernafas dan memberikan
oksigen pada darah. Persalinan tersebut dilakukan dalam air bersih
dengan suhu 34 derajat hingga 36 derajat. Sebelum persalinan calon ibu
harus memeriksakan diri dengan baik dan benar, serta harus berlatih
mengedan melalui senam hamil, karena dalam praktek persalinannya, sang
dokter hanya memberi instuksi dari tepi kolam dan sang ibu mengedan
sendiri.
Calon ibu sendiri baru masuk ke dalam kolam air hangat pada
pembukaan pintu rahim 6 cm -7 cm, sedangkan persalinan baru bisa
dilaksanakan bila pembukaan mencapai 10 cm
Ada keuntungan dan kerugian persalinan semacam ini menurut para
dokter/bidan/penolong persalinan dalam air antara lain berendam di kolam
hangat membuat calon ibu lebih tenang, lebih relaks dan lebih nyaman
sehingga dapat berkonsentrasi pada persalinan. Calon Ibu dapat bergerak
lebih bebas dalam air, perdarahan lebih sedikit, dan waktu pemulihan
lebih cepat. Bagi sang bayi, stres lebih ringan sehingga bayi lebih
nyaman, kulit bayi lebih bersih, dan menurunkan risiko tertelan air
ketuban.
Beberapa syarat harus dipenuhi dalam persalinan dalam air yaitu tenaga
penolong harus trampil dan bersertifikat dari institusi yang melatihnya,
tersedia kolam dan air yang bersih secara fisik, bebas dari zat kimia
dan tak mengandung kuman/virus/cacing/ protozoa yang berbahaya,
petolongan persalinan hanya dilaksanakan bagi persalinan normal terutama
setelah melahirkan anak pertama. Sedangkan dari pihak ibu diharuskan
telah diperiksa secara lengkap, tak terdapat infeksi/kelainan di jalan
lahir, harus cukup minum, posisi bayi letak kepala normal, tidak
terdapat obat dalam air, dan bayi harus segera diangkat ke permukaan
segera setelah lahir. Ibu baru boleh masuk dalam bak persalinan setelah
dibersihkan jalan ususnya (di-disma agar kotorannya keluar dan tak buang
air besar dikolam), kandung kemih kosong, tak terdapat tanda tanda
ketuban pecah dini dan ketika pembukaan telah mencapai kala dua
(pembukaan 6 cm - 7 cm).
Persalinan dalam air diharamkan bagi ibu yang menderita penyakit di
kelamin seperti herpes simplex virus type 2, Syphylis, Gonorrhoe dan
penyakit kelamin lainnya. Persalinan dalam air juga diharamkan pada
keracunan kehamilan, kelainan posisi bayi, perdarahan banyak, kelainan
ari-ari, kehamilan kembar dan prematur.
Di sisi lain persalinan dalam air akan memakan biaya lebih besar
terutama untuk sarana pelayanannya serta pemeriksaan kehamilan yang
lengkap. Hampir semua persalinan akan meyebabkan luka pada saluran
persalinan, mulai dari lecet di liang kemaluan hingga luka bekas ari-ari
dalam rahim yang berpotensi terinfeksi bila terkena air. Bila terjadi
penyulit yang tak terduga dan membutuhkan pertolongan segera seperti
tertinggalnya sebagian kecil an-an/placenta di rahim, luka pada mulut
rahim, atau menjahit luka pada lubang persalinan, tindakan akan menjadi
lebih sulit sebab si ibu harus berpindah tempat, dari air ketempat tidur
tindakan.
Hingga kini setahu saya, belum ada studi kelayakan perbandingan risiko
persalinan dalam air dengan persalinan yang dibantu oleh bidan/dokter di
Indone-sia yang dipublikasikan secara luas. Namun mengingat tingginya
angka kematian ibu melahirkan di Indonesia (300 - 350 kematian ibu dari
100.000 persalinan ibu) yang disebabkan perdarahan, infeksi dan
keracunan kehamilan, cara persalinan dalam air belum direkomendasikan
oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI. Semoga informasi ini dapat
membantu ibu mempersiapkan persalinan yang ibu kehendaki.
e-mail: harunriyanto@hotmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar