Minggu, 02 Februari 2014

SENSASI BARU BERSALIN DALAM AIR ^_^

Sensasi Baru Bersalin dalam Air

DOKTER Harun, saya pembaca Majalah Gemari yang setia. Nama saya Ibu T, umur saya 23 tahun, sedang hamil 3 bulan yang merupakan kehamilan saya yang pertama. Akhir-akhir ini pada beberapa majalah keluarga dan pada beberapa WEB di Internet, saya membaca tentang persalinan dalam air. Mohon informasi dari dokter, apakah hal ini memang benar sangat menolong persalinan yang akan sayajalani karena informasi tersebut sangat menarik, namun rasanya terdapat beberapa hal yang belum saya pahami.


DOKTER Harun, saya pembaca Majalah Gemari yang setia. Nama saya Ibu T, umur saya 23 tahun, sedang hamil 3 bulan yang merupakan kehamilan saya yang pertama. Akhir-akhir ini pada beberapa majalah keluarga dan pada beberapa WEB di Internet, saya membaca tentang persalinan dalam air. Mohon informasi dari dokter, apakah hal ini memang benar sangat menolong persalinan yang akan sayajalani karena informasi tersebut sangat menarik, namun rasanya terdapat beberapa hal yang belum saya pahami.

Ibu T, yang saya hormati, persalinan dalam air sudah dikenal tahun 1800-an dengan melahirkan bayi di air hangat. Metoda ini kemudian dikembangkan di Uni Sovyet (sebelum pecah menjadi Rusia) oleh Igor Tjarkovsky, seorang pelatih renang dan peneliti olahraga dengan melahirkan beberapa persalinan di tank/kolam kecil yang berisi air hangat. Tahun 1997, seorang dokter di Perancis memperkenalkannya, dan tahun!980-1990 mulai meluas di Inggris dan Amerika. Di Indonesia, sejak tahun 1978, para dokter telah membaca dan mengetahuinya namun belum ada klinik bersalin/rumah bersalin/rumah sakit yang mempraktekkannya, dan baru tahun 2004 ada klinik bersalin di Bali yang menawarkan persalinannya dalam air, kemudian tahun 2006 ada klinik persalinan Sam Marie di Jakarta yang memfasilitasi persalinan dalam air.

Dasar pemikirannya adalah bayi sejak dalam perut ibu telah berenang dalam air ketuban ibu yang steril, dan baru bernafas setelah ada rangsangan berupa kekurangan oksigen dari tali pusat. Kekurangan oksigen dari tali pusat akan memacu paru-paru untuk bernafas dan memberikan oksigen pada darah. Persalinan tersebut dilakukan dalam air bersih dengan suhu 34 derajat hingga 36 derajat. Sebelum persalinan calon ibu harus memeriksakan diri dengan baik dan benar, serta harus berlatih mengedan melalui senam hamil, karena dalam praktek persalinannya, sang dokter hanya memberi instuksi dari tepi kolam dan sang ibu mengedan sendiri.

Calon ibu sendiri baru masuk ke dalam kolam air hangat pada pembukaan pintu rahim 6 cm -7 cm, sedangkan persalinan baru bisa dilaksanakan bila pembukaan mencapai 10 cm
Ada keuntungan dan kerugian persalinan semacam ini menurut para dokter/bidan/penolong persalinan dalam air antara lain berendam di kolam hangat membuat calon ibu lebih tenang, lebih relaks dan lebih nyaman sehingga dapat berkonsentrasi pada persalinan. Calon Ibu dapat bergerak lebih bebas dalam air, perdarahan lebih sedikit, dan waktu pemulihan lebih cepat. Bagi sang bayi, stres lebih ringan sehingga bayi lebih nyaman, kulit bayi lebih bersih, dan menurunkan risiko tertelan air ketuban.

Beberapa syarat harus dipenuhi dalam persalinan dalam air yaitu tenaga penolong harus trampil dan bersertifikat dari institusi yang melatihnya, tersedia kolam dan air yang bersih secara fisik, bebas dari zat kimia dan tak mengandung kuman/virus/cacing/ protozoa yang berbahaya, petolongan persalinan hanya dilaksanakan bagi persalinan normal terutama setelah melahirkan anak pertama. Sedangkan dari pihak ibu diharuskan telah diperiksa secara lengkap, tak terdapat infeksi/kelainan di jalan lahir, harus cukup minum, posisi bayi letak kepala normal, tidak terdapat obat dalam air, dan bayi harus segera diangkat ke permukaan segera setelah lahir. Ibu baru boleh masuk dalam bak persalinan setelah dibersihkan jalan ususnya (di-disma agar kotorannya keluar dan tak buang air besar dikolam), kandung kemih kosong, tak terdapat tanda tanda ketuban pecah dini dan ketika pembukaan telah mencapai kala dua (pembukaan 6 cm - 7 cm).

Persalinan dalam air diharamkan bagi ibu yang menderita penyakit di kelamin seperti herpes simplex virus type 2, Syphylis, Gonorrhoe dan penyakit kelamin lainnya. Persalinan dalam air juga diharamkan pada keracunan kehamilan, kelainan posisi bayi, perdarahan banyak, kelainan ari-ari, kehamilan kembar dan prematur.
Di sisi lain persalinan dalam air akan memakan biaya lebih besar terutama untuk sarana pelayanannya serta pemeriksaan kehamilan yang lengkap. Hampir semua persalinan akan meyebabkan luka pada saluran persalinan, mulai dari lecet di liang kemaluan hingga luka bekas ari-ari dalam rahim yang berpotensi terinfeksi bila terkena air. Bila terjadi penyulit yang tak terduga dan membutuhkan pertolongan segera seperti tertinggalnya sebagian kecil an-an/placenta di rahim, luka pada mulut rahim, atau menjahit luka pada lubang persalinan, tindakan akan menjadi lebih sulit sebab si ibu harus berpindah tempat, dari air ketempat tidur tindakan.

Hingga kini setahu saya, belum ada studi kelayakan perbandingan risiko persalinan dalam air dengan persalinan yang dibantu oleh bidan/dokter di Indone-sia yang dipublikasikan secara luas. Namun mengingat tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia (300 - 350 kematian ibu dari 100.000 persalinan ibu) yang disebabkan perdarahan, infeksi dan keracunan kehamilan, cara persalinan dalam air belum direkomendasikan oleh WHO dan Departemen Kesehatan RI. Semoga informasi ini dapat membantu ibu mempersiapkan persalinan yang ibu kehendaki.





  e-mail: harunriyanto@hotmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar